Komunitas Pecinta Kucing Semarang

Komunitas Pecinta Kucing Semarang

Komunitas Pecinta Kucing Semarang – Kucing telah berbaur dengan kehidupan manusia paling tidak sejak 5.000 tahun sebelum masehi, dengan ditemukannya kerangka kucing di Pulau Siprus. 

Sejak zaman 3.500 sebelum masehi orang Mesir Kuno telah menggunakan kucing untuk menjauhkan tikus atau hewan pengerat lain dari lumbung yang menyimpan hasil panen. 

Saat ini, kucing adalah salah satu hewan peliharaan terpopuler di dunia. Kucing yang garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni (pure breed), seperti persia, siam, manx, dan sphinx. 

Kucing seperti ini biasanya dibiakkan di tempat pemeliharaan hewan resmi. Jumlah kucing ras hanyalah 1% dari seluruh kucing di dunia, sisanya adalah kucing dengan keturunan campuran, seperti kucing liar atau kucing kampung. 

Kucing juga merupakan jenis hewan peliharaan yang banyak diminati karena tingkah lakunya yang lucu dan menggemaskan. 

Berikut Komunitas Pecinta Kucing Semarang

  • Komunitas Pencinta Kucing Semarang (KPKS)

Melihat banyaknya antusias cat lovers yang ada di Semarang, Bagas Adi yang kini menjabat sebagai ketua Komunitas Pencinta Kucing Semarang (KPKS) mempunyai ide untuk membentuk suatu komunitas pencinta kucing Semarang sebagai wadah untuk para cat lovers bertukar pikiran dalam hal perawatan, penyakit, fashion, trend,  untuk kucing-kucing mereka dan juga untuk menyalurkan hobby mereka.

Maka beberapa anak muda berkumpul pada tanggal 23 April 2016 dan membentuk Komunitas Pencinta Kucing Semarang. Awalnya pertemuan tersebut hanya untuk perkenalan dan saling memarkan kucing-kucing yang dimiliki.

“Namun banyaknya kasus kekerasan pada kucing, kami mempunyai misi untuk menindak pihak yang terkait dengan kekerasan pada kucing (animal abuse) dan berencana untuk merescue kucing-kucing yang kami temukan dijalan dalam keadaan sakit.” Ungkap Wakil Ketua KPKS Raziv Bancin.

Meski baru setahun berdiri namun KPKS sudah melakukan banyak kegiatan seperti street feeding untuk kucing kucing jalanan, posyandu untuk kucing dan gathering bulanan bersama 45 anggota yang aktif. Saat ini tercatat sudah ada 1412 orang anggota yang bergabung melalui facebook.

KPKS melakukan gathering setiap dua minggu sekali, bagi cat lovers yang berada di Semarang dan ingin bertgabung dengn KPKS, kalian bisa datang ke Taman KB, Jl. Menteri Supeno Semarang. “Untuk mengetahui jadwal kegiatan KPKS saya sarankan untuk join group di facebook dulu,” Ungkap Raziv.

Karena selain gathering setiap 2 minggu sekali, KPKS juga melakukan bakti sosial kami mengadakan street feeding

Kami membuat acara tersebut berselang tiap 2 minggu. street feeding kami lakukan dengan blusukan di pasar tradisional, jika ada kucing yang sakit kami obati di tempat bila tidak parah, namun bila penyakit pada kucing tersebut sudah parah, kami akan me rescue  untuk dirawat di dokter hewan, dengan sumber dana dari kas keuangan kami.

  • @rumah_kucing_semarang

Peristiwa penganiayaan dan penembakan kucing yang terjadi di Krobokan, Semarang, menimbulkan reaksi keras dari para pecinta kucing. Agustin Veronica, yang akrab disapa Cik Vero, seorang pecinta kucing dan pendiri Rumah Kucing Semarang serta pemilik akun Instagram @rumah_kucing_semarang, menyampaikan kekecewaan dan kesedihannya terhadap kejadian tersebut.

“Menanggapi peristiwa penganiayaan kucing di Krobokan, Semarang, kami sebagai pecinta kucing, hati kami ngenes dan sakit. 

Bagaimana perjuangan kami sebagai pelaksana, penyayang dan pecinta kucing yang tidak kenal lelah di lapangan, tapi faktanya di lapangan ada oknum masyarakat yang begitu jahatnya kepada kucing,” ujar Veronica dengan tegas.

Terkait hal tersebut, Pemilik Rumah Kucing Semarang mendesak untuk terbitnya regulasi menolak penyiksaan hewan khususnya anjing dan kucing.

“Rumah Kucing Semarang mendesak terbitnya perda menolak penyiksaan hewan khususnya anjing dan kucing.  Praktik penganiayaan hewan bertentangan dengan KUHP pasal 302 tentang Penelantaran dan Penganiayaan hewan,” kata Veronica.

Veronica juga menyoroti tingginya kasus penganiayaan kucing yang terjadi di lapangan.

“Kalau yang saya temukan di lapangan dalam satu bulan bisa 8-15 kucing yang teraniaya, tetapi kan 8-15 hanya dari yang kita temukan. Karena kita menemukan kasus dimana penganiayaan bisa lebih dari itu berdasarkan pantauan tim street feeding kami di lokasi,” bebernya.

Dalam pernyataannya, Veronica meminta perhatian dari Pemerintah Kota Semarang untuk memberikan”aturan yang kuat serta meminta kepada pemuka agama untuk memberikan pesan edukasi untuk mencintai hewan peliharaan.

“Kami memohon kepada Pemerintah Kota Semarang untuk mengerti hati kami, cat lover, untuk memberikan peraturan yang kuat, supaya ada pembelaan terhadap kucing-kucing ini. 

Selain itu, kami memohon kepada pemuka agama untuk memberikan edukasi kepada jemaatnya untuk mencintai dan tidak menganiaya hewan, karena bumi milik bersama,” ucap Veronica dengan penuh harap.

Veronica juga mengungkapkan bahwa pecinta kucing merupakan kelompok minoritas yang sering kali tidak mendapatkan perhatian yang cukup.

“Kami ini sebagai cat lover hanyalah minoritas. Tidak banyak orang yang melakukan aktivitas memberi makan kucing jalanan atau mencintai kucing jalanan, dan jumlah dari kami pecinta kucing dan anjing jumlahnya tidak banyak. 

Saya memohon kepada Pemkot Semarang untuk memberikan peraturan yang kuat mengenai penganiayaan hewan, karena kalau tidak, mereka akan teraniaya terus, mereka akan disiksa oleh orang yang tidak bertanggung jawab,” ungkap Veronica.

Selain itu, Veronica juga mengimbau Pemkot Semarang untuk menegaskan regulasi terkait larangan memakan daging anjing dan kucing.

“Saya juga menghimbau ke Pemkot Semarang untuk menegaskan regulasi terkait larangan untuk memakan daging anjing dan kucing, karena mereka bukan untuk makanan. Mereka adalah binatang yang setia dan mereka adalah bagian dari keluarga kita,” tegas Veronica.

Temuan Penganiayaan Kucing di Lapangan

Ditemani oleh Suami, Agung Martadi, Veronica menjelaskan terkait pengalamannya menemukan kasus-kasus penganiayaan kucing yang di lapangan, Veronica dan Tim menemukan berbagai kasus penganiayaan yang sangat mengerikan dan memilukan.

“Terjadi di Tlogosari Semarang, kaki kucing dipatahkan sama orang, tulang belakangnya patah tidak beraturan, sehingga diperlukan amputasi, tapi karena pendarahannya sudah agak lama sehingga tidak tertolong,” ungkap Veronica.

Kasus lain terjadi di Tanah Mas Semarang dimana terjadi pemukulan kucing yang mengakibatkan kelumpuhan.

“Kucing dipukul oleh seseorang dari belakang di punggungnya, sehingga kena sarafnya sehingga berjalan dengan kaki belakang ngesot. Akhirnya kakinya yang ini melingkar ke belakang. Ketika dilakukan tindakan oleh dokter hewan, kucingnya menangis, kucingnya mengeluarkan air mata, nah sampai akhirnya tidak tertolong juga,” beber Veronica.

Berlokasi di Pasar Waru Semarang, Veronica menemukan kucing dengan keadaan darah mengucur dan kakinya dipatahkan dengan alasan mencuri.

“Saya temukan juga di Pasar Waru, Kucing dengan keadaan darah mengucur, kakinya dipatahkan dengan alasan mencuri, namun kucing ini bisa selamat, namun sangat sulit untuk penyembuhannya,” ucap Veronica

Kasus yang tak kalah menyedihkan ditemukan di daerah Syuhada, Semarang, dimana terjadi penembakan kucing dengan senapan angin .

“Saya menemukan juga kucing ini tertembak peluru di daerah Syuhada, dimana peluru mengenai bagian saraf tulang belakang dan tidak bisa dikeluarkan melalui tindakan dokter, membuatnya lumpuh. 

Juga kondisi ini testisnya pecah, sehingga ketika berjalan testisnya mengenai tanah dan tergesek dengan aspal, hal tersebut membuat kucing tersebut tidak bisa mengeluarkan tinja, sehingga harus suntik sehingga bisa mengeluarkan tinja,” beber Veronica

“Di daerah Syuhada ini awalnya kucingnya banyak untuk kita beri makanan di jalan, akan tetapi tiba-tiba saya temukan habis dan yang saya temukan hanya menyisakan satu yaitu kucing dan tertembak peluru,” tambahnya.

Lebih lanjut, Veronica berharap agar kejadian-kejadian ini dapat membuka mata semua pihak dan mendorong adanya tindakan tegas untuk melindungi hewan-hewan ini dari kekejaman yang terus berlangsung.

Gabung Grup https://www.instagram.com/pekunsmar/

Gabung Grup https://www.instagram.com/kpks_semarang/

Gabung Grup https://www.instagram.com/rumah_kucing_semarang/

Cat Lover Semarang (CLS), Cat Squad, dan Save Cat n Rescue

Tiga komunitas pecinta kucing di Semarang turun ke jalan untuk mengkampanyekan anti kekerasan terhadap hewan, khususnya kucing.

Mereka juga memberi makan kucing jalanan dan memberikan pertolongan pertama pada kucing yang terluka.

Alice Santoso, koordinator kegiatan tersebut, menjelaskan bahwa ketiga komunitas yang ikut berpartisipasi adalah Cat Lover Semarang (CLS), Cat Squad, dan Save Cat n Rescue.

Ketiga komunitas ini saling berbaur dan melengkapi satu sama lain dalam merawat kucing jalanan. “Kami merawat kucing-kucing jalanan di Kota Tua dan di daerah Rawanceu.

Menurutnya, kegiatan ini didorong karena masih banyak kasus kucing jalanan yang ditelantarkan, dibuang, bahkan disiksa.

“Kami ingin berbagi keberuntungan dengan kucing jalanan, setidaknya dengan memberi mereka makan.” “Jadi mengobati luka ringan seperti kurap, kudis dan lain-lain,” jelasnya.

Ia mengatakan, kegiatan ini ingin menyampaikan pesan bahwa kucing jalanan juga punya hak untuk hidup. Mereka mempunyai hak atas makanan yang baik sama seperti makhluk Tuhan lainnya.

Kucing bukanlah sampah atau parasit, jadi jangan perlakukan mereka seperti itu.

“Jika kalian tidak suka atau peduli dengan kucing, kami mohon agar kalian jangan menyakiti dan menganiaya mereka,” ucapnya.

Ia mengatakan, banyak permasalahan yang dihadapi kucing jalanan, mulai dari terbatasnya lahan sebagai habitat yang sesuai, kurangnya sumber makanan, hingga ancaman terhadap lingkungan perkotaan seperti tertabrak mobil.

Sebagai solusinya, lanjutnya, pihaknya gencar menerapkan street feeding di setiap daerah. Anggota juga belajar pertolongan pertama sehingga bisa mengobati kucing jalanan yang sakit.

Lebih lanjut, pihaknya memiliki program rutin untuk mensterilkan kucing liar agar populasinya sedikit terkendali.

Program ini adalah Trap-Neuter-Release (TnR). Dalam program ini, kucing liar betina ditangkap dan disterilkan. Kucing-kucing betina tersebut kemudian dikembalikan ke habitat aslinya.

Menurutnya, hal ini dilakukan karena tidak mungkin menyelamatkan semua kucing jalanan. Setidaknya, program ini memungkinkan kucing-kucing tersebut untuk hidup dan mencari makan tanpa harus terus berkembang biak. “Ini adalah solusi sederhana bagi kami para pecinta kucing di Semarang”.

Itulah detail informasi mengenai komunitas pecinta kucing Semarang. Semoga bermanfaat untuk kita semua, sekian terima kasih.

Leave a Comment