Grup Cari Jodoh Banda Aceh

Grup Cari Jodoh Banda Aceh

Grup Cari Jodoh Banda Aceh – Jodoh di Tangan Tuhan (JOHAN) itu memang benar adanya, kalau sudah jodoh pasti tidak akan lari kemana-mana, termasuk jika jodohmu orang yang tidak pernah kamu duga seperti orang yang tidak sewilayah dengan kamu (beda kabupaten/provinsi atau mungkin beda negara).

Intinya apabila kamu sudah ditakdirkan untuk berjodoh dengan si dia, ya mau tidak mau kamu harus terima, namun yang mesti juga kita tahu bahwa walaupun setiap kita sudah memiliki takdir masing masing semua hal itu bisa berubah sebagaimana usaha kita masing-masing.

Kembali ke inti pembahasan beberapa alasan mengapa pria Aceh begitu cocok jadi pasangan hidup kamu, yuk kita bahas tiga hal utamanya? 

Salah satunya adalah rata-rata pria Aceh itu setia, ini dikarena kebanyakan dari mereka memiliki dasar agama yang kuat diamana mereka tahu bahwa perceraian adalah hal yang tidak disukai oleh Allah SWT, dan inilah selengkapnya mengapa pria Aceh cocok jadi pasangan kamu

  1. Memiliki Pengetahuan Agama yang Besar

Dasarnya dalam mencari pasangan hidup hal inilah yang benar-benar harus diperhatikan dan menjadi patokan bagi setiap orang yang sedang mencari jodoh, mengapa pengetahuan agama?  

Karena orang yang memiliki pengetahuan agama yang luas otomatis memiliki tanggung jawab yang besar dimana mereka akan merasa takut apabila mengabaikan tanggung jawab tersebut.

Selain itu ilmu agama juga yang nantinya akan menentukan apakah rumah tangga kita kedepannya akan sakina, mawadah dan warahmahnya di kemudian hari.

Kemudian juga buah hati kita oromatis akan mengikuti kedua orang tuanya apabila orang tua baik dan mengerti agama Insya Allah akan menurun kepada anak kita

  1. Pria Aceh Ganteng- Ganteng

Aceh termasuk dalam 5 Besar kota dengan pria terganteng di Indonesia. Walaupun memang kebanyakan orang sekarang tidak terlalu memperhatikan ganteng tidaknya, yang pentinga setia dan uangnnya bener tidak ? atau ini hanya perasaan penulis saja, ditolong bantu jawab menurut pendapat sahabat di komentar dibawah

  1. Setia dan memiliki tanggung jawab yang tinggi

Hal ini juga cukup harus diperhatikan, setia dan tanggung jawab. Jangan sampai ketika setelah nikah suami tidak memperhatika istrinya.

Hal tersebut jarang terjadi di Aceh karena seperti yang dikatakan di poit satu bahwa pria Aceh memiliki pengetahuan agama yang tinggi , so jarang yang namanya lepas tangan seteah nikah

Grup Cari Jodoh Banda Aceh

Provinsi Aceh di Pulau Sumatera termasuk daerah yang memiliki keragaman suku bangsa yang cukup banyak. Buktinya Aceh dihuni oleh berbagai suku bangsa, mereka hidup damai dan rukun.

Umumnya suku-suku di Aceh memiliki adat, bahasa tersendiri yang berbeda-beda. Orang Aceh dikenal dengan ketaatannya dalam beragama, juga Aceh salah satu daerah penghasil wanita cantik dan saat beribadah.

Suku Aceh atau yang dalam Bahasa Aceh yang ditulis dengan huruf latin dibaca “Ureuëng Acèh” adalah nama sebuah suku penduduk asli yang mendiami wilayah pesisir dan sebagian pedalaman Provinsi Aceh, Indonesia. 

Suku Aceh mayoritas beragama Islam. Suku Aceh mempunyai beberapa nama lain yaitu Lam Muri, Lambri, Akhir, Achin, Asji, A-tse dan Atse. 

Bahasa yang dituturkan adalah bahasa Aceh, yang merupakan bagian dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia Barat dan berkerabat dekat dengan bahasa Cham yang dipertuturkan di Vietnam dan Kamboja. 

Suku Aceh sesungguhnya merupakan keturunan berbagai suku, kaum, dan bangsa yang menetap di tanah Aceh. Pengikat kesatuan budaya suku Aceh terutama ialah dalam bahasa, agama, dan adat khas Aceh.

Suku Gayo

Suku Gayo, merupakan salah satu suku bangsa yang mendiami dataran tinggi Gayo di Provinsi Aceh bagian tengah. Berdasarkan sensus 2010 jumlah suku Gayo yang mendiami provinsi Aceh mencapai 336.856 jiwa. Wilayah tradisional suku Gayo meliputi kabupaten Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Gayo Lues. 

Selain itu suku Gayo juga mendiami sebagian wilayah di Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso.

Suku Gayo beragama Islam dan mereka dikenal taat dalam agamanya dan mereka menggunakan Bahasa Gayo dalam percakapan sehari-hari mereka.

Suku Aneuk Jamee

Suku Aneuk Jamee adalah suku di Indonesia yang tersebar di sepanjang pesisir barat–selatan Aceh mulai dari kabupaten Aceh Singkil, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, Aceh Barat dan Simeulue. Suku ini merupakan keturunan perantau Minangkabau yang bermigrasi ke Aceh dan telah berakulturasi dengan suku Aceh.

Suku Aneuk Jamee terutama terdapat di kabupaten Aceh Selatan (lebih kurang 30% dari populasi) dan sebagian kecil di kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh Barat, Aceh Singkil dan Simeulue.

Dalam percakapan sehari-hari, kelompok masyarakat ini menggunakan bahasa Minangkabau dialek Aceh, atau yang dikenal dengan bahasa Aneuk Jamee. Bahasa Jamee merupakan bahasa Minangkabau yang telah menyerap beberapa unsur dan kosakata Bahasa Aceh.

Suku Tamiang

Suku Tamiang atau Melayu Tamiang adalah suku bangsa yang merupakan penduduk asli Kabupaten Aceh Tamiang di Provinsi Aceh, dan Kabupaten Langkat di Sumatra Utara. 

Meskipun serumpun, suku Tamiang bukanlah merupakan suku Aceh salah satu suku bangsa yang juga berasal dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Meski demikian, suku Tamiang telah sekian abad menjadi bagian dari masyarakat Aceh.

Dari segi kebudayaan, masyarakat suku Melayu Tamiang memiliki banyak persamaan dengan dengan masyarakat Melayu di pesisir timur Sumatra lainnya. Bahasa yang dituturkan oleh suku Melayu Tamiang yakni Bahasa Tamiang, yang merupakan bagian dari dialek Bahasa Melayu.

Suku Alas

Suku Alas merupakan salah satu suku yang bermukim di Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh (yang juga lazim disebut Tanah Alas). Kata “alas” dalam bahasa Alas berarti “tikar”. 

Hal ini ada kaitannya dengan keadaan daerah itu yang membentang datar seperti tikar di sela-sela Bukit Barisan. Daerah Tanah Alas dilalui banyak sungai, salah satu di antaranya adalah Lawe Alas (Sungai Alas).

Sebagian besar suku Alas tinggal di pedesaan dan hidup dari pertanian dan peternakan. Tanah Alas merupakan lumbung padi untuk daerah Aceh. 

Tapi selain itu mereka juga berkebun karet, kopi,dan kemiri, serta mencari berbagai hasil hutan, seperti kayu, rotan, damar dan kemenyan. Sedangkan binatang yang mereka ternakkan adalah kuda, kambing, kerbau, dan sapi.

Kampung atau desa orang Alas disebut kute. Suatu kute biasanya didiami oleh satu atau beberapa klan, yang disebut merge. 

Anggota satu merge berasal dari satu nenek moyang yang sama. Pola hidup kekeluargaan mereka adalah kebersamaan dan persatuan. 

Mereka menarik garis keturunan patrilineal, artinya garis keturunan laki-laki. Mereka juga menganut adat eksogami merge, artinya jodoh harus dicari di merge lain. Suku Alas 100% adalah penganut agama Islam.

Suku Kluet

Suku Kluet atau Keluwat adalah sebuah suku yang mendiami beberapa kecamatan di kabupaten Aceh Selatan, yaitu kecamatan Kluet Utara, Kluet Selatan, Kluet Tengah, dan Kluet Timur.

Daerah Kluet ini dipisahkan oleh sungai Lawé Kluet yang berhulu di Gunung Leuser dan bermuara di Lautan Hindia. Wilayah kediaman orang Kluet ini terletak 30 km dari kota Tapak Tuan atau 500 km dari Banda Aceh.

Sebagaimana etnis-etnis disekitarnya, Etnis Kluet/Keluwat juga mempunyai marga yang masih umum dipakai oleh sebagian kalangan masyarakatnya. Masyarakat Kluet/Keluwat memiliki 5 buah marga yaitu, Pelis, Selian, Bencawan, Pinem dan Caniago.

Marga yang terakhir (Caniago) adalah marga keturunan orang Minangkabau yang telah berasimilasi dengan Kluet sejak berabad-abad yang lalu. Empat marga di atas juga ditemukan dalam suku Alas, Karo, dan Pakpak.

Agama yang dianut oleh suku ini adalah agama Islam.

Suku Singkil

Adalah sebuah suku yang terdapat di kabupaten Aceh Singkil, Sebagian Kabupaten Aceh Selatan, Sebagian Aceh Tenggara dan kota Subulussalam di provinsi Aceh. Suku Singkil mempunyai khas tersendiri yakni yaitu termasuk peribahasa, budaya, adat dll.

Suku Singkil memliliki budaya sendiri yang banyak dipengaruhi oleh tradisi keislaman. Meski serumpun, etnis ini memiliki adat dan budaya yang jauh berbeda dengan Suku Pakpak. 

Hal ini dikarenakan suku Singkil mayoritas menganut agama Islam sedangkan suku Pakpak mayoritas memeluk agama Kristen. 

Selain itu suku Singkil lebih banyak bercampur dengan etnis-etnis pendatang, seperti suku Pakpak, Karo, Aceh, Minang, Melayu dan Kluet. 

Jadi bisa dikatakan suku Singkil merupakan suku sendiri yang mempunyai kebudayaan, adat, budaya, bahasa, silsilah, nenek moyang/leluhur, marga sendiri dan ia suku yang mandiri.

Sebagaimana halnya suku-suku di sekitarnya salah satunya Batak, etnis inipun mengenal marga yang diturunkan dari garis patrilineal (ayah). 

Secara umum, marga-marga yang digunakan Suku Singkil relatif sama atau mirip dengan marga-marga yang ada di Suku Batak Pakpak.

Namun ada juga yang mirip dengan suku Alas, suku Karo, suku Kluet, suku Gayo, suku Batak Toba dan sedikit sisanya marga-marga yang berasal dari gelar/klan Suku Aceh dan Minangkabau. Namun juga ada yang berbeda. 

Marga-marga yang terdapat dalam Suku Singkil di antaranya adalah, marga Kombih (Kumbi), Ramin, Buluara (bukan batubara), Palis (bukan Pelis), Kembang (bukan kumbang), Bako, Pokan (bukan Pohan). Terus  Limbong ( bukan Lembong), Bakhat (bukan Hutabarat), Siketang (bukan Sihotang).

Ada juga beberapa marga Singkil yang berasal dari keturunan Minangkabau yang telah berasimilasi menjadi orang Singkil sejak berabad-abad yang lalu. Melayu dan Goci.

Suku Lekon

Suku Lekon adalah sebuah suku bangsa yang terdapat di kecamatan Alafan, Simeulue di provinsi Aceh. Suku ini terdapat di desa Lafakha dan dan Langi.

Suku Haloban

Suku Haloban merupakan suatu suku yang terdapat di kabupaten Aceh Singkil, tepatnya di kecamatan Pulau Banyak Barat. Suku bangsa ini mendiami 2 desa dari 4 desa yang ada yaitu desa Haloban dan Asantola.

Selain suku-suku diatas juga banyak suku lainnya, bahkan suku ini sudah mendiami Aceh sejak lama, seperti Suku Nias, Suku Devayan, Suku Pakpak Boang atau suku Pakpak di Sumut, Suku Julu dan lainnya.

Suku Sigulai

Suku Sigulai merupakan suatu suku bangsa yang mendiami Pulau Simeulue bagian utara. Suku ini terdapat di kecamatan Simeulue Barat, Alafan dan Salang.

Suku Sigulai terdaftar sebagai suku asli yang berada kepulauan Simeuleu, berdampingan dengan suku Devayan, Lekon dan Haloban. Belum ditemukanya sejarah asal usul suku Sigulai ini secara tertulis, sehingga belum diketahui pasti asal usul suku Sigulai ini.

Akan tetapi ada beberapa pendapat para penulis di beberapa situs di web, menyatakan kalau suku Sigulai itu dulu kala berasal dari wilayah yang sama dengan suku Devayan, Lekon, Haloban dan Nias serta Mentawai. 

Sebab secara fisik suku Sigulai itumasuk dalam ras mongoloid yang dulu kala bermigrasi ke wilayah ini bersama-sama dengan suku Nias, Mentawai, Devayan, Lekon serta Haloban, mereka tersebar di beberapa wilayah di pulau serta kepulauan yang berada di sebelah barat pulau Sumatra. Salah satunya ialah suku Sigulai yang masih bermukim di wilayah ini sampai sekarang.

Demikianlah pembahasan mengenai grup cari jodoh Banda Aceh. Semoga bermanfaat untuk kita semua, sekian terima kasih.

Leave a Comment